Mengenal Alat Kontrasepsi Spiral atau IUD (Intrauterine Device)

Bagi seorang Ibu yang sudah menikah dan mempunyai anak, umumnya tak bisa lepas dari alat kontrasepsi sebelum usia menopause. Alat kontrasepsi di butuhkan untuk mengatur jarak kelahiran dan membatasi jumlah anak.

Selain suntik dan pil, spiral atau IUD (Intrauterine Device) merupakan alat kontrasepsi yang paling umum ke-3 yang di minati di Indonesia. Penggunaan IUD dinilai lebih efektif karena bisa bertahan selama 5-10 tahun tergantung dari bahan IUD nya.

Maka dari itu para dokter kandungan maupun bidan lebih menyarankan penggunaan IUD daripada alat kontrasepsi lainya. Berbeda dengan alat kontrasepsi suntik yang harus diulang setiap 3 bulan sekali maupun pil yang harus di minum setiap hari.

Meski banyak kelebihannya, IUD mempunyai kelemahan yaitu tidak bisa dipasang sendiri. Pemasangan IUD harus dilakukan oleh dokter kandungan maupun bidan. Sebelum pemasangan juga harus dilakukan pemeriksaan panggul dan pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual (PMS).

IUD tidak bisa mencegah penularan PMS, namun pada orang yang sudah mengidap PMS, pemasangan IUD justru akan mempercepat penyebaran infeksi. Hal ini disebabkan karena bakteri yang berada di sekitar vagina ikut terdorong masuk ke dalam rahim. Dua PMS yang paling umum yaitu klamidia dan gonore.

Meski IUD aman untuk semua golongan usia wanita namun ada beberapa kondisi yang tidak bisa menggunakan IUD, diantaranya yaitu :

• Memiliki kelainan rahim

• Baru saja menderita penyakit radang panggul

• Berisiko tinggi terhadap PMS

• Sedang dalam pengobatan pada serviks, endometrium atau kanker ovarium

Bahan IUD umumnya terbuat dari tembaga tipis, namun jika alergi terhadap tembaga bisa menggunakan Mirena (IUD hormonal) atau Skyla (IUD hormon dari plastic)

(bt)