You Are Here: Home » Warta Sehat » Umum » Olahraga Ekstrim Tak Selamanya Menyehatkan

Olahraga Ekstrim Tak Selamanya Menyehatkan

20131209_125457_so-good-makassar-semi-marathon-21-km-2013Penggemar olahraga berat terlihat lebih tegap dan lebih sehat daripada orang biasa. Binaragawan yang terlatih juga memiliki penampilan yang menarik. Para atlet tersebut membantuk tubuh mereka melalui serangkaian pelatihan yang keras. Akan tetapi, kita juga harus ingat bahwa pelatihan yang ekstrim dapat menimbulkan kerusakan yang tidak dapat dihindari akibat radikal bebas.

Para dokter olahraga mengetahui bahwa penampilan luar atlet memang terlihat kekar, tetapi untuk mencapai hal itu, mereka sering harus mengorbankan kesehatan. Bukti yang dapat kita kemukakan adalah orang-orang biasa banyak yang masih mampu bekerja sampai usia pensiun meski melakukan kegiatan yang cukup melelahkan. Sebaliknya, kita tidak menemukan atlet profesional yang tetap aktif sampai usia pensiun. Dibandingkan dengan orang biasa, atlet olahraga berat lebih sering menderita gangguan kesehatan dan memiliki usia harapan hidup yang lebih pendek.

Belakangan ini, maraton adalah olahraga yang merakyat dan banyak orang ikut serta dalam olahraga tersebut. Tidak masalah jika seseorang mengambil resiko pengorbanan fisik karena mencintai olahraga lari. Akan tetapi, apabila mereka melakukan itu demi kesehatan semata, sebaiknya jangan. Maraton amatir menimbulkan ribuan kerugian dan sama sekali tidak berguna.

Sebagai contoh, atlet maraton perempuan yang membakar energi di masa muda mereka disana. Namu, hal lain yang biasanya dianggap sebagai kebahagiaan tertinggi seorang perempuan, boleh jadi justru sukar mereka wujudkan. Ini karena kebanyakan atlet profesional perempuan mengalami gangguan menstruasi, dan tidak sedikit yang menjadi mandul kendati menstruasi masih berjalan normal. Sel telur dan sperma adalah dua hal yang paling rentan terhadap radikal bebas. Sebagian besar atlet olahraga ekstrim perempuan tidak dikaruniai anak, dan jika mereka hamil, risiko cacat janin relatif lebih besar. Hal serupa terjadi pula pada atlet olahraga sangat berat laki-laki, yang tidak memproduksi lagi sel-sel sperma yang sehat.

Tampak jelas bahwa kalangan olahraga profesional tidak memiliki usia harapan hidup yang tinggi. Kenyataan yang pahit bahwa orang-orang seperti itu mati lebih cepat meskipun mereka berlatih mengencangkan tubuh dan menguatkan otot, sekaligus membuktikan besarnya kerusakan akibat radikal bebas.

Orang-orang yang bekerja dalam bidang seni memiliki usia harapan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja bidang eksata-teknik. Hal ini mungkin terkait kenyataan bahwa bidang eksata-teknik berpikir logis-rasional, dan demikian lebih banyak menggunakan otak kiri. Sementara itu, hormon kebahagiaan lebih banyak dihasilkan oleh otak kanan. Oleh karena itu. “pekerja seni” yang lebih sering menggunakan belahan otak ini umumnya hidup lebih lama.

Otot yang lemah memang buruk untuk hidup lama dan sehat, namun pemakaian otot yang berlebihan akan jauh lebih buruk.

Sumber : Buku The Miracle of Endorphin

(vna/bt)

About The Author

Situs Resmi Kesehatan, Gizi & Farmasi.

Number of Entries : 1904

Leave a Comment

© 2012 - www.mausehat.com

Scroll to top