You Are Here: Home » Warta Sehat » DETOXIFICATION VS COLON CLEANSING

DETOXIFICATION VS COLON CLEANSING

Belakangan ini terapi alternative diramaikan dengan berbagai produk berbasis herbal yang bermanfaat untuk tujuan pencucian usus (Colon Cleansing/CH) namun mereka mengusung istilah DETOKS dalam publikasinya. Dapatkah produk COLON CLEANSING disamakan dengan DETOX ?. Untuk itu anda harus memahami hal-hal penting sehubungan dengan detoks (detoksifikasi).
Detoksifikasi/Detoks
Detoksifikasi adalah seluruh proses yang terjadi di dalam tubuh dari tingkat sel hingga organ-organ eliminasi (organ detoks) untuk mengeluarkan bahan-bahan toksik dan senyawa metabolit hasil metabolisme yang tidak dikehendaki keberadaannya dalam tubuh.
Hal penting yang harus diketahui tentang Proses Detoks :
Proses detoks terjadi dan sudah dimulai ditingkat sel
Proses detoks melibatkan organ-organ detoks. Organ pembuangan toksin dikategorikan dalam 3 sistem :
Sistem filtrasi/penyaringan : hati,ginjal, kulit, uterus
Sistem digestif/pencernaan : duodenum (usus 12 jari), usus besar, anus
Sistem endokrin/kelenjar : kelenjar pineal, tiroid, paratiroid, tymus, adrenal testis, pankreas
Sel-sel dan organ melakukan proses detoks dengan baik apabila berada dalam keadaan sehat. Dalam keadaan lemah sel justru semakin dirusak oleh toksin
Kekurangan zat gizi, stress, depresi dan kelelahan mengakibatkan sel dan organ melemah.
Sumber-sumber toksin
Eksternal : Rokok, alkohol, obat, asap pabrik, asap kendaraan, pestisida, herbisida, insektisida, gula, bipenol, dioksin, klorin, formaldehid/formalin, hormon, food additive (pengawet, perasa, pewarna, pemutih dll), pengharum ruangan, parfum dll.
Internal : Stress, depresi, kelelahan, aktifitas fisik terlalu berat, sampah makanan yang tidak tercerna, autointoksikasi (akibat tertahannya sisa makanan dalam usus terlalu lama).
Thomas J. Slaga dalam bukunya The Detox Revolution menyatakan bahwa di zaman kehidupan di mana semakin terbukanya kontak manusia dengan sumber-sumber toksin, tidak dapat ditawar lagi bahwa kombinasi antara gaya hidup yang sehat dengan makanan dan suplemen yang diketahui dapat meningkatkan fungsi detoksifikasi tubuh adalah pilihan yang paling tepat bila kita ingin terhindar dari bahaya toksin.
Syarat Program/Produk Detoks yang Ideal
Terbuat dari bahan-bahan organik (tidak mengandung pestisida, herbisida, insektisida, rekayasa genetik, residu kimia industri dll)
Mengandung protein dan semua vitamin dan mineral esensial untuk meremajakan sel-sel sehingga proses detoks dapat berlangsung diseluruh sel tubuh. Produk yang hanya berfungsi untuk pencucian usus atau colon cleansing (lihat brosur inside BK) saja tidak akan optimal. Hasilnya hanya sementara bahkan cenderung merusak sistem pencernaan.
Aman bagi saluran pencernaan dan tidak mengikis selaput lendir (mukosa) saluran cerna
Tidak menguras nutrisi sehingga tidak membuat lemas
Tidak mengganggu keseimbangan flora/bakteri normal dalam usus
Mengandung herbal untuk memperkuat dan melindungi hati dan ginjal karena selama proses detoks hati dan ginjal adalah organ yang paling berat kerjanya.
SERAT yang SALAH KAPRAH
Mungkin hampir 100% orang tahu bahwa makanan berserat itu sangat baik dan dianjurkan, sebagai dampak positif gembar gembor iklan minuman/makanan berserat. Tapi coba anda tanyakan kepada beberapa orang, apakah daging ayam atau daging sapi mengandung serat ?. Dari 10 orang yang anda tanya sangat mungkin 6-8 orang akan meng-IYA-kan. Padahal serat yang dimaksud bukan seperti yang kasat mata terlihat. Ingat, serat hanya ada dalam pangan nabati, tidak satupun pangan hewani yang mengandung serat.
Jangan sekedar tahu bahwa serat itu baik, tetapi selami juga manfaatnya
Makanan berserat dapat menyerap air yang memperbesar volume makanan sehingga cepat menimbulkan rasa kenyang. Serat juga memperlambat pencernaan sehingga membuat rasa kenyang bertahan lebih lama. Dengan mekanisme ini serat membantu menurunkan berat badan dan kadar gula darah. Daya serap air dari serat menjadikan kotoran lebih lunak dengan volume lebih besar sehingga merangsang peristaltik/gerak usus besar, akibatnya kotoran tidak terlalu lama di usus dan kotoran dikeluarkan dengan nyaman dan lancar. Mekanisme kerja serat ini sangat membantu meringankan maupun mencegah ambeien dan racun dari sisa pencernaan tidak cukup waktu untuk merangsang pembentukan sel kanker. Makanan berserat juga akan menyerap cairan empedu dan kolesterol sehinga membantu menurunkan kadar kolesterol darah yang akhirnya memperkecil resiko penyakit jantung koroner.
Beberapa Riset Tentang Serat
Prof dr. Joseph M Keenan (Minnesota University, USA) : serat dari serealia lebih terkait dengan penurunan resiko infark jantung, serat dari buah terkait dengan penurunan tekanan darah, serat larut terbukti efektif menurunkan kolesterol.
Dr. Maria Soller dalam Internatinal Journal of Cancer : serat larut maupun tak larut memiliki dampak protektif terhadap kanker mulut, kerongkongan dan esofagus.
Serat mengurangi resiko kanker usus besar dan rektum/anus (Prof. Sheila Bingham (Cambrige University) dalam European Conference on Nutrition & Care di Paris)
Makanan berserat mampu memperlambat pencernaan sehingga menimbulkan rasa kenyang dalam waktu yang lebih lama (Journal of The American Medical Association).
The National Cancer Society Dietary Guidelines for America menganjurkan konsumsi serat harian sebesar 20-35 gram. Untuk orang Indonesia cukup 20-25 g saja. Realitanya konsumsi serat penduduk Indonesia 10-15 g/hari (Puslitbang Gizi Bogor), jauh dari yang dianjurkan. Bila anda penggemar serealia, biji-bijian, kacang-kacangan/polong-polongan dan sayur atau vegetarian dengan keanekaragaman yang tinggi tentu tidak akan sulit memenuhi kebutuhan serat ini. Bila tidak, disinilah peranan suplemen makanan berserat sangat membantu.

About The Author

Number of Entries : 50

Leave a Comment

© 2012 - www.mausehat.com

Scroll to top