You Are Here: Home » Warta Sehat » Umum » 12 Mitos dan Fakta Vaksinasi

12 Mitos dan Fakta Vaksinasi

vaksinCerita pro dan kontra tentang vaksin merupakan sebuah perjalanan panjang. Ada banyak fakta dan mitos yang berkembang mengenai vaksin dan vaksinasi hingga saat ini yang sebaiknya kita perlu tahu.

  1. Beberapa vaksin mengandung merkuri.

Fakta. Thimerosal, bahan pengawet mengandung sekitar 50% merkuri yang bertujuan mencegah kontaminasi bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), bahan ini banyak ditemukan dalam vaksin flu. Sejak tahun 2001, thimerosal tidak digunakan lagi pada vaksin, khususnya pada vaksin untuk anak-anak.

  1. Vaksin menyebabkan autisme

Mitos. Hal ini berkembang dari riset kecil yang dilakukan oleh Andrew Wakefield bahwa terdapat hubungan antara autisme terhadap vaksin measles, mumps, and rubella (MMR) yang menyebabkan kepanikan, tingkat imunisasi menurun dan wabah melonjak. Tahun 2004 terbit laporan bahwa tidak ada bukti ilmiah dari riset tersebut. September 2010, CDC juga menerbitkan hasil serupa. Bagaimanapun anak lebih berisiko jika tidak segera divaksin.

  1. Vaksin memiliki efek samping

Fakta. Vaksin memang tidak sepenuhnya bebas risiko. Yang paling ringan efeknya adalah tidak nyaman ditempat yang disuntik dan demam yang dapat dikurangi dengan ibuprofen atau acetaminophen. Bahkan ada yang mengalami kejang dan tergantung pada jenis vaksinnya. Pada vaksin DtaP sekitar 1 dari 14.000 anak mengalami kejang. Sedangkan pada vaksin MMR 1 dari 3000 anak. Untuk itu, konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum vaksin, terlebih jika anak sedang kurang sehat.

  1. Merasa aman jika setiap orang sudah divaksin.

Mitos. Ternyata masih banyak orang yang tidak divaksin dan menyebar di satu sekolah, kelompok bermain  atau kelompok lainnya. Menurut Ari Brown, MD, seorang dokter anak dan juru bicara American Academy of Pediatrics, hal ini akan mempermudah penyebaran penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan vaksin. Contohnya adalah wabah yang terjadi di San Diego dan Boulder, Colo. Beberapa orang tidak dapat divaksin karena batasan usia dan kesehatan. Beberapa penyakit seperti hepatitis A, tetanus, ditularkan melalui media tanah atau makanan yang terkontaminasi, bukan tertular dari orang lain.

  1. Vaksin memberikan 100% perlindungan.

Mitos. Vaksin bukan jaminan 100% seseorang terhindar dari penyakit, tapi akan sangat membantu. Sebagai contoh, seseorang yang sudah pernah vaksin flu, kemungkina terserang flu masih ada, namun akan lebih ringan. Begitu juga penyakit infeksi lainnya seperti cacar air. DR Brown menjelaskan bahwa vaksin 80% efektif mencegah penyakit infeksi dan 100% efektif melindungi dari penyakit serius.

Bagaimanapun, vaksin akan membantu mencegah keparahan penyakit infeksi. Maka, semakin banyak orang yang mendapatkan vaksin, semakin besar peluang untuk melindungi banyak orang termasuk mereka yang tidak mendapatkan vaksin karena alas an usia dan kesehatan.

  1. Terlalu banyak vaksinasi akan melemahkan daya tahan tubuh,

Mitos. Vaksin memungkinkan tubuh membuat respon kekebalan, membuat pertahanan antibodi sehingga tubuh dapat melawan infeksi sebenarnya jika muncul. Akan lebih baik vaksin diberikan dalam waktu yang tepat pada anak.

  1. Vaksin cuma untuk anak-anak.

Mitos. Tidak hanya untuk anak, namun juga remaja dan dewasa. Misalnya vaksin meningitis atau pneumonia bisa diberikan pada mahasiswa/ dewasa. Orang dewasa juga misalnya membutuhkan vaksin tetanus dan pertusis, tidak hanya bayi.

  1. Vaksin HPV hanya bagi perempuan.

Mitos. Ada dua vaksin HPV: Cervarix, untuk anak perempuan dengan rentang usia antara 10 – 25 tahun. Sedangkan Gardasil untuk perempuan dengan rentang usia antara 9 – 26 tahun. Gardasil juga dapat diberikan kepada anak laki-laki dengan rentang usia antara 9 – 26 tahun, menurut CDC. Gardasil mampu memberikan perlindungan dari HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan sekitar 90% dari semua genital warts. Walau pada faktanya jumlah perempuan lebih banyak divaksin dibanding lelaki.

  1. Perempuan hamil tidak boleh vaksin.

Mitos. Menurut the American Academy of Family Physicians hanya vaksin MMR yang tidak diperbolehkan untuk wanita hamil.

  1. Kekebalan alami lebih baik.

Fakta. Tak selamanya kekebalan alami mampu melindungi tubuh dari penyakit. Bahkan seseorang yang hanya mengandalkan kekebalan tubuh alami (tanpa vaksin) berisiko terhadap komplikasi penyakit. Seperti cacar yang dapat menyebabkan ensefalitis, radang paru-paru, atau, jika anak-anak menggaruk terlalu banyak, infeksi kulit seperti MRSA. Infeksi polio dapat menyebabkan kelumpuhan permanen; gondok, tuli; dan Haemophilus influenzae tipe b (Hib), kerusakan otak. Itu sebabnya vaksin penting.

  1. Vaksin tidak perlu sebab banyak penyakit sudah musnah.

Mitos. Menurut  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) satu satunya penyakit yang diberantas seluruh dunia adalah cacar (walau masih banyak di indonesia). Bahkan wabah campak, gondok, pertusis menyebar. Vaksin dapat melindungi diri kita saat berada di sekitar orang-orang yang tidak divaksinasi, dimanapun berada. Menurut WHO, kurang dari 95% orang di banyak wilayah Eropa Barat menerima vaksin, dan di situlah 82% kasus campak terjadi di tahun 2009.

  1. Dokter dapat uang dari vaksinasi.

Mitos. Menurut VaccineEthics.org Vaksin menyumbang sekitar 1,5% dari total pendapatan farmasi, dari sebuah situs web yang dikelola oleh Penn Center for Bioethics. sekitar lebih dari 30 perusahaan memproduksi vaksin; hari ini sekitar lima perusahaan menyumbang 80% pasar.

Sumber : healt.com

(ast/bt)

About The Author

Situs Resmi Kesehatan, Gizi & Farmasi.

Number of Entries : 1904

Leave a Comment

© 2012 - www.mausehat.com

Scroll to top