Rokok dan Alcohol….Sejoli yang Harus dihindari Wanita Hamil
Program pemerintah untuk membatasi jumlah perokok di Indonesia nampaknya masih harus menempuh jalan panjang. Pasalnya, aturan merokok di tempat umum hanyalah tinggal aturan. Sosialisasi bahaya merokok pun sudah sering dikemukakan, namun tampaknya masih sedikit yang peduli itupun bagi mereka yang mempunyai masalah kesehatan tertentu. Tak hanya itu, kebiasaan mengkonsumsi minuman alcohol sudah semakin membudaya seiring dengan maraknya perdagangan minuman keras di tanah air. Meskipun sering dilakukan razia dari pihak berwenang tetap saja penjualan miras semakin tumbuh subur.
Seiring munculnya era emansipasi, kebiasaan merokok dan minuman alcohol tidak saja dinikmati oleh kaum pria namun juga kaum wanita. Yang memprihatinkan adalah tidak sedikit para wanita hamil yang sulit membuang kebiasaan tersebut. Tanpa disadari sisi buruk rokok akan menggangu bagi kesehatan janin. Karbon monoksida dan nikotin dari asap tembakau dapat mengganggu pasokan oksigen bagi janin. Nikotin dapat masuk ke dalam aliran darah janin, cairan ketuban, dan air susu ibu.
Perokok memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim), perdarahan hebat saat melahirkan atau bahkan keguguran. Selengkapnya dijelaskan pada point berikut tentang dampak merokok saat kehamilan :
-
Perokok lebih cenderung mengalami komplikasi kehamilan yang mempengaruhi perkembangan plasenta.
-
Perokok lebih mungkin untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
-
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah daripada rata-rata akan berisiko mengalami infeksi pernafasan atau gangguan kesehatan lainnya.
-
Meningkatkan risiko Sindrom Kematian Bayi Mendadak pada bayi
-
Bayi yang terpapar asap rokok baik secara aktif atau pasif memiliki risiko lebih tinggi mengalami infeksi telinga dan mengganggu pendengaran.
Sedangkan anak-anak yang lahir dari seorang ibu yang sering mengkonsumsi alkohol selama kehamilan, akan menyebabkan masalah kesehatan sebagai berikut :
-
Berat badan lahir rendah (BBLR), atau lahir secara prematur. Hal ini akan meningkatkan angka kematian bayi.
-
Memiliki masalah makan dan tidur.
-
Memiliki masalah pengelihatan dan pendengaran.
-
Memiliki kesulitan dalam belajar dan memahami hal-hal sederhana.
-
Mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran sekolah yang didapatnya.
-
Mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dan mengendalikan perilaku mereka.
-
Perlu perawatan medis dan psikologis sepanjang hidup mereka.
Source : health.nsw.gov, drugabuse.gov
(ang/bt)